Selasa, 01 Maret 2011

Asmara Nababan; Sang Pencerah Penegakan HAM


Asmara Nababan; Sang Pencerah Penegakan HAM

Oleh Tommy Apriando


Judul                : Asmara Nababan : Oase Bagi Setiap Kegelisahan
Penulis            : Perkumpulan Demos (Kontras, ELSAM, HIVOS, Komnas HAM, INFID, Demos ) dan Sahabat Asmara Nababan
Penerbit           : Perkumpulan DEMOS, Jakarta
Terbit              : I, Januari 2011
Tebal               : 313 + XIV halaman

Kalangan yang bergelut dengan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) pastilah mengenal Bang As. Demikian Asmara Nababan biasa dipanggil. Satu sosok yang sepanjang hidupnya diabdikan untuk melawan segala jenis ketidakadilan dalam penegakan hukum dan HAM di Indonesia.
Buku ini berisi rekam jejak perjalanan panjang nan terjal yang dilalui Bang As demi menegakkan HAM. Sepak terjangnya, mulai dari membangun KSPPM, Infid, Elsam, Kontras,  Demos, KKPK sampai menjadi Komisioner Komnas HAM.
Buku ini tidak ditulis untuk mendewakan, melukiskan Bang As sebagai pahlawan HAM yang sempurna. Buku ini justru menuturkan Bang As selayak manusia biasa yang terbatas. Akan tetapi keterbatasan itu tak bisa mencegahnya untuk menebar cahaya, menerangi gelapnya penegakan hukum dan HAM di negeri ini.
Sejarah mencatat, Penegakan hukum dan HAM di Indonesia susah sekali digapai, cenderung stagnan. Semua itu karena aparat-aparat pemerintahan sendiri banyak yang terlibat dalam pelanggaran HAM, bisnis kotor dan lain sebagainya. Pejuang HAM seringkali mendapatkan represi, intimidasi bahkan penghilangan nyawa seperti yang terjadi pada Munir. Nah, Bang As adalah salah satu orang kuat yang berhasil menjaga idealismenya dalam penegakan HAM. Ditengah badai represi dia tetap kukuh menyuarakan keadilan HAM –yang masih semrawut sampai dia meninggal.
Saat ini, gerakan sosial dan masyarakat sipil menjamur namun tidak banyak memberi pengaruh pada proses demokrasi. Kritik-kritik masyarakat sipil tak berpengaruh signifikan pada kebijakan publik. Kekuatan mereka malah cenderung melemah dan kalah oleh elit politik yang menginjak-injak demokrasi.  Hal inilah yang membuat Antonio Pradjasto H, Direktur Eksekutif Demos berinisiatif menerbitan kisah perjalanan hidup Bang As ini. Dia berharap, kisah Bang As mejadi inspirasi banyak orang dalam perjuangan pengembangan masyarakat sipil yang kuat (hal. xii).
Buku ini sebenarnya disiapkan sebagai hadiah ulang tahun Bang As yang ke-60. Namun meleset dan sedikit tragis, karena buku ini akhirnya dilaunching dalam acara peringatan 100 hari kepergian Bang As.
Buku ini ditulis keroyokan oleh sejumlah sahabat Bang As, tentunya untuk menceritakan bagaimana ngototnya Bang As dalam memperjuangkan HAM. Tentang isu-isu yang banyak Bang As perjuangkan. Misalnya Junpiter Pakpahan dan Eliakim Sitorus yang menulis revolusi hijau yang ditulis oleh, tentang diskriminasi perempuan yang ditulis Kamala Chandrakirana, demokrasi dan hukum ditulis A. Patra M. Zen, neoliberalisme oleh Dani Rodrik dan seterusnya.
Buku ini merupakan filantrofi bagi banyak orang. Sikap, perjuangan, keteguhan, idealisme yang dipegang Bang As semasa hidupnya diharap memberikan semangat dalam pemajuan masyarakat sipil di Indonesia. Inilah, buku penting yang wajib dibaca para pejuang demokrasi, hukum dan HAM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar